Monday, January 23, 2006

Menyambut murobbi bisnis ...

Bisnis Dalam Pandangan Islam
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

"Tentang bisnis, sebenarnya faktor terbesar terletak pada manusia dan etika bisnisnya, sedangkan kedua hal ini lagi-lagi sangat bergantung pada hati. "




Saudaraku yang baik, Jika Allah menakdirkan seseorang untuk mendapat rizki niscaya tiada satupun yang dapat menghalanginya, dan tentu saja yang sangat penting dari rizki yang diberikan oleh Allah tersebut adalah keberkahan, maslahat dunia dan akhirat. Bisnis yang mulanya adalah urusan dunia jikalau niat dan cara kita benar maka akan menjadi jihad. Yang namanya jihad, jangan sampai selalu identik dengan pertempuran, tapi harus kita lihat apa yang menjadi titik lemah umat, ternyata pada bidang perekonomian. Artinya, kalau kita berjuang dengan sungguh-sungguh untuk kemaslahatan umat di bidang ekonomi, itu juga jihad.

Tentang bisnis, sebenarnya faktor terbesar terletak pada manusia dan etika bisnisnya, sedangkan kedua hal ini lagi-lagi sangat bergantung pada hati. Jikalau kita serakah, ingin untung besar sendiri, bisa saja yang teradi kita memang merasa untung, tetapi apa yang terjadi sesudah itu sangatlah tidak menguntungkan, orang merasa terkecoh sehingga tidak ada yang ingin bertransaksi dengan kita lagi. Setelah itu, mereka pun akan menyampaikan penyesalan dan keluhannya kepada orang lain sehingga semakin berkuranglah orang yang ingin berbisnis dengan kita. Kalau sudah seperti ini, kita tinggal menunggu waktu bangkrut saja. Karena itulah saudaraku, mari kita mulai menikmati keberuntungan orang lain sebagai satu keuntungan kita. Ungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan merasa nikmat ketika melihat orang lain mendapatkan barang yang baik dengan harga murah dari kita. Keuntungan memang harus dikejar semaksimal mungkin, tapi apa artinya keuntungan yang melimpah apabila membawa malapetaka. Karenanya, jikalau sudah sampai waktu shalat, hentikanlah seluruh aktivitas pekerjaan. Berikanlah waktu luang kepada seluruh karyawan untuk mendirikan shalat dan memanjatkan doa. Di kota Mekah dan Madinah, misalnya, menjelang shalat, semua toko tutup dan seluruh kegiatan bisnis dihentikan, semua orang berbondong-bondong menuju masjid. Sekali-kali jangan takut keuntungan akan berkurang karena shalat, karena justru bisa sebaliknya, Allah akan mengabulkan doa tulus dari karyawan-karyawan yang diberi keluangan waktu shalat tadi. Siapa tahu salah seorang dari karyawan kita ada yang sangat dekat kepada Allah sehingga doanya sangat ijabah guna kemajuan perusahaan. Mengapa kita harus takut merugi karena mengambil waktu untuk shalat? Yakinlah, bahwa yang memberi rizki hanya Allah pemilik segala kekayaan dan keberuntungan.

Begitu pula dengan Nabi Muhammad SAW yang telah menjelaskan kepada kita, umatnya, tentang bagaimana cara berbisnis yang benar. Untuk menerapkannya di perusahaan kita agar memperoleh kesuksesan serupa kuncinya sederhana saja: disamping manajemen yang profesional, faktor yang utama adalah usahakan suasana dan seluruh aturan serta segala aktivitas perusahaan sesuai dengan aturan yang diridhoi Allah. Berjuanglah sekuat tenaga untuk menjadikan perusahaan kita sebagai ladang untuk membuat diri, keluarga, karyawan plus keluarga karyawan, rekan usaha kita agar menjadi semakin dekat dengan Allah.Kajilah sistem usaha agar disukai Allah (sesuai dengan syariat), karyawan tidak hanya dididik agar terampil dan profesional dalam bidang pekerjaannya saja, tetapi sangat diutamakan juga agar seluruh karyawan dan keluarganya terbina keimanannya dan ketaatannya kepada Allah. Salah satu yang harus dilakukan adalah dengan pemberian ilmu agama yang sistematis dan berkesinambungan, plus kesempatan dan fasilitas beribadah yang layak. Yakinkanlah kepada karyawan bahwa perusahaan tempat mereka bekerja adalah amanah dari Allah untuk dikelola bersama. Dan hakekat bekerja adalah beramal shaleh, beribadah dan berjihad di jalan-Nya, bukan semata mencari uang. Karena andaikan bekerja hanya mencari uang saja, bagaimana kalau kita mati sebelum gajian? Niscaya sangat rugi, uang tidak didapat, pahala amal pun lewat. Tentu saja semua ini harus diawali dan dibarengi dengan suritauladan yang baik, serta kejujuran dan keadilan para manajernya, lebih khusus lagi dari sang pemilik usaha tersebut.

Percayalah saudaraku, Allah tidak akan mengecewakan pengusaha yang menjadikan bisnis yang dilakukannya sebagai ladang jihad. Wallahu a'lam.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home