Tuesday, February 28, 2006

Yang seharusnya dimiliki muslim ...

Senin, 27 Februari 2006
Belajar dari 'Macan Industri' Dunia - key : INOVASI

''Setiap kali saya mengunjungi Taiwan, saya selalu terkesan dengan inovasi kerja yang dilakukan di sini.''
Bill Gates

Pernyataan pendiri Microsoft itu memang beralasan. Taiwan merupakan ''surga'', terutama bagi industri berteknologi tinggi (high technology). Di negeri inilah berbagai riset tentang integrated circuit (IC), superkonduktor, biotechnology, hingga teknologi nano berkembang.

Pusatnya adalah Hsinchu Science Park (HSP), kawasan industri yang diperuntukkan khusus bagi pengembangan teknologi tinggi. Di kawasan ini berdiri 384 perusahaan yang mempekerjakan tak kurang dari 115 ribu orang. Temuan ilmiah yang telah dipatenkan sebanyak 3.026 buah.
Di antara perusahaan kelas dunia yang ada di HSP adalah Fujitsu, LG Electronics Inc, NEC Taiwan Ltd, Toshiba, Sony, Intel, Dell, IBM, Synopsys, dan Hewlett Packard. Menurut Atase Senior Divisi Investasi HSP, Darzy Chu, nilai kapitalisasi industri di HSP pada 2004 mencapai 32,552 miliar dolar AS dengan rasio pertumbuhan sebesar 27 persen.
Wakil Presiden Taiwan External Trade Development Council (Taitra), Walter Yeah, memaparkan, Taiwan merupakan penyuplai barang-barang teknologi tinggi terbesar di dunia. Dia menyebutkan, Taiwan adalah produsen terbesar personal digital assistance (PDA) yang menguasai 79 persen pasar PDA di dunia dengan nilai penjualan mencapai 1,8 miliar dolar AS.
Taiwan juga produsen terbesar untuk peralatan local area network (LAN) dengan penguasaan pasar 83 persen (nilai penjualan 1,3 miliar dolar AS), kabel modem internet dengan penguasaan pasar 66 persen (nilai penjualan 480 juta dolar AS), notebook dengan penguasaan pasar 72 persen (nilai penjualan 22 miliar dolar AS), maupun server dengan penguasaan 33 persen pasar dunia (nilai penjualan 1,8 miliar dolar AS).
Memang, sepintas tak ada yang istimewa dari Republic of China atau biasa disebut Taiwan ini. Bahkan, banyak pejabat tinggi negara dunia yang enggan berdagang dengan republik konstitusional pertama di Asia yang berdiri tahun 1912 ini. Di antara mereka masih banyak yang berkiblat ke Republik Rakyat Cina (RRC).
Namun, kalau kita lihat kemampuan ekonominya, negeri seluas Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk 22,7 juta ini sungguh luar biasa. Pada tahun 2005, cadangan devisa Taiwan mencapai 253,2 miliar dolar AS atau tertinggi ketiga di dunia. Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia yang hanya 36 miliar dolar AS.
Sementara gross domestic product (GDP) pada tahun 2004 mencapai 305,4 miliar dolar AS dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,7 persen. Di pasar modal Taiwan (Taiwan Stock Exchange), sebanyak 691 perusahaan listing dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai 476 miliar dolar AS.
Karena itu tak heran jika lembaga rating internasional Moody's memberikan peringkat Aa3 kepada Taiwan. World Economic Forum (WEF) pada Oktober 2004 mendudukkan Taiwan di posisi keempat dunia dari sisi pertumbuhan daya saing--dan pertama di Asia. Sementara untuk daya saing teknologi dan indeks inovasi, WEF menempatkan Taiwan di posisi kedua.
Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Ferry Yahya, menjelaskan, pesatnya kemajuan Taiwan tak bisa dilepaskan dari peran pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Taiwan mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat sejak tahun 1990.
Kabid Industri KDEI, Nawolo Widodo, menambahkan, fokus industri dalam bidang high-tech itu makin mempercepat pertumbuhan ekonomi Taiwan. Padahal, katanya, sekitar 40 persen industri di Taiwan adalah usaha kecil menengah (UKM) yang mempekerjakan kurang dari 50 orang.
Konsep industri Taiwan yang saling mendukung antara industri kecil dan besar membuat perdagangan negara yang dijuluki macan industri dunia ini melaju. ''Jadi tidak ada pasar jenuh,'' jelasnya.
Jangan heran bila keterlibatan pemerintah Taiwan dalam membiayai proyek pembangunan hanya sekitar 1,9 persen. Sebanyak 88,6 persen pembangunan di Taiwan dimodali oleh swasta dan sebesar 9,5 persen oleh asing.
Menurut Darzy, hal itu dapat terjadi karena masyarakat Taiwan pandai mengelola keuangan. Ia memaparkan bahwa sepertiga dari pendapatan mereka akan ditabung. ''Dari tiga dolar pendapatan, satu dolar disimpan di bank,'' katanya membuat ilustrasi.
Adanya insentif perpajakan bagi investor yang akan menanamkan modal di Taiwan, jelas Darzy, juga menjadi daya tarik tersendiri. Insentif pajak menjadikan banyak perusahaan Jepang yang investasi di Taiwan. ''Bagi Taiwan, dalam jangka panjang kebijakan ini dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan penduduk,'' paparnya.
Investor yang akan mendatangkan mesin dan barang modal akan dibebaskan dari pajak hingga tiga tahun. Selanjutnya, pembebasan pajak akan dikurangi secara bertahap.
Investor asing diminta untuk memaparkan secara rinci investasi seperti apa yang akan mereka tanamkan. Sementara mereka diwajibkan melibatkan industri dalam negeri.
Pemerintah Taiwan, jelas Darzy, akan menyiapkan segala keperluan, mulai dari lahan, jalan, suplai air, listrik, bahan material bangunan hingga komunikasi. Di lahan itu juga dilengkapi dengan rumah sakit, sekolah, kantor pos, bank, dan berbagai prasarana lainnya.
Mudahnya investasi di Taiwan juga dikarenakan adanya pelayanan satu atap (one stop services). ''Izin investasinya keluar hanya dalam waktu seminggu. Kalau sangat mendesak, proses perizinan bisa hanya tiga hari saja,'' ungkap Darzy.
Sedangkan untuk perpajakan, warga Taiwan baik yang tinggal di Taiwan maupun negara lain di seluruh dunia dikenai pajak. Sedangkan warga non-Taiwan yang tinggal di Taiwan hanya dikenakan pajak penghasilan yang bersumber dari Taiwan. Pengurangan pajak dilakukan untuk sumbangan ke lembaga sosial, biaya kesehatan dan melahirkan, maupun pembayaran premi asuransi.
Bagaimana perdagangan Indonesia-Taiwan? Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Muhammad Lutfi, ekspor Indonesia ke Taiwan mencapai 4,11 juta dolar AS (2004) dan 4,187 juta dolar AS (2005). Sementara impor dari Taiwan mencapai 1,866 juta dolar AS (2004) dan 2,159 juta dolar AS (2005).
Dengan posisi ini total perdagangan Indonesia-Taiwan mencapai 5,976 juta dolar AS (2004) dan 6,346 juta dolar AS (2005). Dalam seminar investasi yang diadakan BKPM pekan lalu di Taipei, pengusaha Taiwan banyak yang mengeluhkan kebijakan perburuhan yang berubah-ubah.
Banyaknya pungutan liar dan kebijakan pemerintah daerah yang tidak konsisten juga mereka keluhkan. Meskipun, Lutfi meyakinkan para pengusaha Taiwan bahwa persoalan tersebut secara bertahap akan diperbaiki. ''Kalau Anda lihat, sekarang ini banyak koruptor yang telah dimasukkan ke penjara,'' tegas Lutfi.
Bahkan, dalam pertemuan dengan Presiden Taiwan, Chen Shui-Bian, Kepala BKPM menjanjikan akan membentuk Taiwan Desk yang khusus menangani perizinan investor Taiwan dan menyelesaikan berbagai persoalan yang mereka hadapi.
(hasan murtiaji, dari taipei )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home